Warung Nasi Mang Dul

Kamu turun dari kereta di Stasiun Serang dan perutmu minta diisi. Kamu keluar dari stasiun. Lalu kaki melangkah ke arah pintu keluar kendaraan. Tepatnya tidak lurus langsung ke jalan raya melainkan ke sebelah kanan. Kamu akan melewati pintu otomatis tempat motor dan mobil bayar parkir. Kamu terus melangkah dan di depan mata ada deretan kios. Warung Nasi Mang Dul di deretan kios tersebut. Sebelahnya kios yang jadi parkiran motor.

Kamu masuk dan duduk di kursi plastik dengan meja panjang menempel dinding. Kamu akan didatangi pelayan yang semuanya laki-laki 50 tahunan. Jumlahnya 4 atau 5 orang. Mereka berbagi tugas. Seorang di antaranya akan menanyaimu akan memesan apa. Kamu memesan ayam. Kamu berpikir memang itu satu-satunya menu di sana. Ayam kampung, tepatnya.

Menu menarik di Warung Nasi Mang Dul ada tambahan kuah kaldu ayam. Seporsi pesananmu akan terdiri atas sepiring nasi, sepiring kecil emping, sepotong ayam, dan semangkuk kuah kaldu ayam gurih.

Kamu menyantapnya pelan. Setelah pelayan lelaki ramah itu mempersilakan pesananmu. Membawanya dengan ringan lalu menyimpannya di meja panjang. Cat dinding warna oranye dan putih memanjang.

Ayam kampung masuk ke mulut. Sebelumnya kamu baca bismillah dan doa makan yang kamu lafalkan. Kuah kaldu sedikit kamu tumpahkan ke piring nasi. Nasi dengan taburan bawang goreng hampir gosong. Kamu suka bawang goreng gosong itu kan.

Ayam kampung kamu gigit pelan. Kamu menikmatinya dengan sederhana. Seolah kamu tak ingin lekas usai. Kamu benar-benar menikmatinya. Nasi dan kuah kaldu kamu sendok dan lemparkan ke mulut menemani ayam kampungmu yang lebih dulu mendarat.

Warung Nasi Mang Dul kamu kenal tiga atau empat tahun lalu setelah sebelumnya kamu kenal nasi uduk Hariri di seberang penjara di Serang. Adalah Ahmad Supena yang sempat mengenalkan tempat itu meski ia tidak pernah membawamu ke sana. Warung Nasi Mang Dul bukanya dari jam 5 subuh hingga 9 malam.

Kamu masih menikmati suap demi suap, sendok demi sendok nasi kuah kaldu ayam penuh rempah dan ayam kampung itu. Sayang sekali kamu tidak memakan emping. Kamu pernah lumpuh. Kakimu lemas dua mingguan tidak ada tenaga. Kamu tidak boleh menyalahkan makanan. Tentu saja tidak. Makanan tidak salah. Kamu saja yang tidak pernah berolahraga dan pola makanmu berantakan. Ujungnya asam uratmu dua kali lipat dari batas normal. Normalnya 7 kamu 14 bukan begitu kata dokter yang memeriksamu. Tapi itu di tahun 2009 sekarang sudah 2024. Kamu masih saja tidak sanggup makan emping, masakan bersantan, dan minuman bersoda. Kamu takut.

Kamu hampir menyudahi makan pagimu ketika pelayan laki-laku usia 50 tahunan itu menawarimu untuk tambah menu. Kamu mengiyakan. Satu potong ayam kampung hadir di sebelahmu. Kamu menikmatinya kembali seperti semula.

Kamu selesai makan. Mencuci tangan di pojok di ujung meja. Kamu membayar dua potong ayam kampung dan teman-temannya Rp50.000 saja. Kamu merapikan tas dan memesan ojek menuju Le Dian. Kamu akan menemui para guru pengampu mata pelajaran Basa Sunda se-Banten. Waktu itu, 14 Mei 2024. Bulan lalu.

Ojekmu datang. Kamu berjalan dan meminta izin foto ruangan Warung Nasi Mang Dul di sebelah Stasiun Serang di Banten. Jika pembaca naik dari Jakarta dapat melalui rute Komuter Line arah Rangkasbitung dan melanjutkan dengan kereta lokal ke arah Merak tapi turun di Stasiun Serang. Waktunya sejam dari Rangkas ke Stasiun Serang ini.

Jika ada sempat, silakan mencicipi menu khas Warung Nasi Mang Dul. Hatur nuhun. Salam.

Follow me!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *