SAPARDI DJOKO DAMONO DAN MENULIS PUISI

Penyair Sapardi Djoko Damono berulang tahun ke-84 pada 20 Maret 2024 yang akan datang. Beliau meninggal pada 19 Juli 2020. Penyair yang terkenal dengan puisi “Hujan Bulan Juni” ini berbagi cerita tentang asal mula puisi-puisinya dan bagaimana agar bisa menulis puisi. Bagaimana pendapatnya?

Berikut ini petikan wawancara penerima Anugerah Sastra Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) 2014 dengan penulis yang dilakukan pada Senin (29/02/2016) di tempat tinggalnya, Komplek Dosen Universitas Indonesia (UI), Cireundeu, Tangerang Selatan.

Bisa diceritakan secara singkat pekerjaan Anda?

Sekarang saya kan pensiunan tapi masih mengajar di UI, masih membimbing, dan saya juga kemudian diambil oleh Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ngajar di sana. Meski tidak setiap hari ngajarnya. Tapi resminya di sana saya sekarang.

Apa buku kesukaan Anda?

Oh, ya buku macem-macem. Terutama ya buku-buku masalah sosial, politik. Tapi tidak banyak akhir-akhir ini. Saya lebih banyak menulis daripada membaca.

Kapan dan bagaimana pertama kali Anda belajar menulis, terutama puisi? Apa yang pertama kali Anda rasakan?

Oh, waktu itu masih SMA. Saya mulai tertarik menulis puisi. Lha, nggak tahu mengapa karena sebelumnya saya sudah menulis tapi dalam bahasa Jawa waktu SMP. Namun tidak saya lanjutkan. Waktu itu menulis cerita pendek dalam bahasa Jawa. 

Dari mana puisi-puisi Anda terlahir?

Wah, dari mana-mana! Saya itu penulis berdasarkan apa saja. Pengalaman sehari-hari, ketemu sama teman. Apa namanya. Bergaul, baca koran, nonton televisi semuanya bisa jadi puisi. 

Jika ada saran untuk para penyair, apa yang ingin Anda sampaikan?

Ya, satu-satunya cara untuk bisa menulis puisi ya membaca puisi. Itu saja. Jangan terpengaruh oleh teori segala macem. Nggak usah. Baca saja puisi sebanyak-banyaknya dan kemudian dicoba menulis. Karena sebetulnya menulis itu kan meniru. Berbicara itu meniru. Menulis itu meniru. Jadi harus membaca dulu. Sebanyak-banyaknya. Ya. 

Untuk para penggemar tulisan-tulisan Anda, ada yang ingin disampaikan?

Ya, ya, ya. (tersenyum). Ya, saya senang. Terima kasih. Banyak penggemarnya. Ya. 

Dari sekian banyak buku kumpulan puisi penyair Indonesia. Buku siapa yang paling Anda sukai?

Oh, dari penyair lain gitu?

Iya?

Oh, penyair lain. Ya, buku-bukunya Goenawan Mohamad saya seneng. Buku-bukunya Joko Pinurbo saya seneng. Buku-bukunya. (Terdiam). Siapa lagi? Rendra, tentu! Rendra. Kalau zamannya lebih lama lagi, ya Sitor (Situmorang, red.).

Baik. Terima kasih atas wawancaranya.

Wawancara ini pernah dimuat di

Sapardi Djoko Damono dan Menulis Puisi | Buruan.co

Wawancara tentang asal mula puisi-puisi Sapardi Djoko Damono dan bagaimana agar bisa menulis puisi.

Follow me!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *