10 Hal yang Perlu Anda Ketahui dari Buku “Perang Suara: Bahasa dan Politik Pergerakan” karya Hilmar Farid

Buku “Perang Suara: Bahasa dan Politik Pergerakan” karya Hilmar Farid yang awal tahun diluncurkan diterbitkan oleh Komunitas Bambu (Januari, 2024). Apa sajakah yang bisa membuat Anda memiliki alasan kuat untuk membaca buku karya Pendiri Jaringan Kerja Budaya dan kini Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek ini?
Buku Ini Merupakan Skripsi
Dalam pengantarnya, penulis menyampaikan bahwa penerbitan skripsi ini tertunda cukup lama. Hampir sepuluh tahun lalu ada rencana menerbitkannya, namun tertunda. Baru di awal tahun 2024 rencana tersebut terwujud. Sementara kajian soal Bahasa, Sejarah, nasionalisme, dan pergerakan yang menjadi tema naskah skripsinya, kini berkembang sangat pesat. Skripsi ini ditulis ketika jenjang S1 di Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia pada tahun 1993.
Bahasa dan Sejarah
Tema yang ditulis merupakan bahasa dan sejarah. Tema yang jarang ditulis dan tidak populer dalam studi sejarah Indonesia yang umumnya fokus pada sejarah politik dan sejarah sosial. Hampir tidak ada studi sistematis tentang bahasa dari kalangan sejarawan. Ada beberapa sejarawan yang tertarik dan menaruh minta dan perhatian pada sastra, tetapi tidak tentang bahasa. Dorongan mempelajari bahasa timbul dari aktivitas penulis yang bersentuhan langsung dengan berbagai gerakan sosial di awal 1990-an, di antaranya gerakan advokasi hak-hak buruh. Pertanyaan muncul: mengapa gerakan buruh di Indonesia tidak tumbuh besar seperti di Korea Selatan? Hal ini memunculkan catatan penting bahwa masalahnya bukkanlah ada atau tidak adanya gerakan protes, tetapi soal bagaimana protes itu dilancarkan atau soal Bahasa yang digunakan buruh untuk melancarkan protes.
Proses Pembentukan Nasionalisme, Islam, dan Marxisme
Di buku yang terdiri atas 6 Bab ini diuraikan bagaimana proses pembentukan nasionalisme, Islam, dan Marxisme dan lainnya di tingkat gagasan orang pergerakan. Juga seberapa jauh gagasan dapat mengonsolidasikan kekuatan-kekuatan sosial dalam Masyarakat sehingga melahirkan organisasi politik, pemogokan, dan bahkan perlawanan bersenjata. Masalah Bahasa menjadi penting di titik ini. Proses pembentukan ideologi sebagai hasil benturan gagasan-gagasan politik dan pergolakan sosial adalah proses yang rumit. Bahasa adalah salah satu elemen penting untuk membongkar dan menjernihkan kerumitan ini. Sebab bahasa merupakan basis material bagi berkembangnya gagasan-gagasan politik.
Bahannya dari Balai Pustaka
Sumber penelitian skripsi ini berasal dari Overzicht van de Inlandsce en Maleische-Chineesische Pers yang berisi ringkasan surat kabar sezaman. Sumber ini diterbitkan oleh Kantoor voor de Volkslectuur atau Balai Poestaka. Sumber ini menurut penulisnya membawa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya, tersedia satu ringkasan yang memudahkan untuk melihat persoalan-persoalan sezaman yang sedang ramai dibicarakan di Hindia Belanda. Kerugiannya, penyusunan laporan ini sebenarnya dilatarbelakangi kepentingan politik yang kompleks. Sejak tahun 2020, penulis buku ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama Balai Pustaka yang menjadi sumber penulisan skripsi pria kelahiran Bonn, Jerman Barat, 8 Maret 1968 ini.
Tiga Organisasi Bumiputra
Pada masa awal pergerakan ada tiga organisasi bumiputra besar, yaitu Boedi Oetomo, Sarekat Islam (SI), dan Indische Partij. Kegiatan Boedi Oetomo awalnya sangat mendukung politik pemerintah kolonial. Anggotanya kebanyakan aristokrat Jawa yang pada masa itu sudah kehilangan kuasa dan tak berdaya dalam tatanan kolonial. Indische Partij yang menyuarakan kemerdekaan bagi rakyat Hindia merupakan bentuk yang lebih maju dalam dunia pergerakan. Ada dua sebab. Pertama, karena sudah mengambil bentuk partai, bentuk organisasi politik yang paling modern. Kedua, karena sudah berbicara tentang kemerdekaan “Hindia untuk rakyat Hindia”, yang menolak kehadiran penguasa kolonial. SI dalam kontek pergerakan sangat berbeda dengan Boedi Oetomo. Sarekat Islam merupakan organisasi politik massa pertama di tanah jajahan. SI kemudian mendapat julukan sebagai motor dunia pergerakan yang meradikalisasi massa rakyat.
Bahasa Melayu Tinggi dan Melayu Rendah
Bahasa Melayu tinggi menjadi Bahasa yang hanya dapat dipelajari di sekolah karena menyangkut tata bahasa yang rapi, ejaan yang benar, pemotongan kata-singkatnya, penggunaan bahasa yang baik dan benar. Sementara Melayu rendah mayoritas digunakan oleh penduduk, yaitu petani, buruh, dan pedagang yang tidak bisa baca tulis atau hanya mengecap pendidikan sebentar.
Tokoh-Tokoh
Terdapat tokoh-tokoh yang menyerap kosakata politik Marxis yang bersekolah di Belanda dan tokoh-tokoh pergerakan yang tumbuh dari bawah. Di golongan pertama ada Syahrir, Hatta, Abdulmadjid, Djojodiningrat, Sowardi Soerjaningrat, dan Achmad Soebardjo. Sementara di golongan kedua terdapat nama seperti Semaoen, Alimin, Darsono, Mas Marco Kartodikromo, Soekindar, Moesso, Hadji Misbach, dan Soerjopranoto. Ada kutipan menarik dari Hadji Misbach di buku ini, yaitu “Hanya orang-orang yang berani bertarung yang kemudian tersisa di atas panggung pergerakan” (hlm. 27).
Bahasa Pergerakan dan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang masih sangat muda di tahun 1930an tidak banyak digunakan. Bahasa Indonesia merupakan kreasi tokoh-tokoh nasionalis ketimbang berakar pada Masyarakat. Dunia Bahasa Indonesia pada awalnya adalah dunia Sumpah Pemuda, satu dunia tempat kebanyakan orang terpelajar terlibat dalam politik, yang jumlah sangat kecil dalam konteks seluruh rakyat Indonesia. Bahasa Pergerakan merupakan Bahasa yang dikemukakan baik secara konsep, gagasan, teori, Impian, dan harapan orang-orang pergerakan.
Bagaimana pun, penetapan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah Tindakan politik yang benar-benar memisahkan penguasa yang berbahasa Indonesia dan ra’jat yang berbahasa Indonesia.
Gambar-Gambar
Buku ini dilengkapi dengan gambar-gambar. Setidaknya terdapat 14 gambar yang mempercantik buku ini. Ada gambar Semaoen, figure paling menonjol di antara kelompok Marxis Indonesia pertama. Hadji Misbach, H.O.S. Tjokroaminoto, orang yang merombak Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Ada R.M. Tirtoadhisoerjo (1875-1918), perintis pers nasional di Jawa. Semaoen dan Darsono, pimpinan ISDV. Semaoen yang berhubungan langsung dengan Henk Sneevliet dalam mengorganisasi VSTP dan kemudian mendirikan Perserikatan Komunis Indonesia di Hindia dan menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai partai pertama di Hindia Belanda yang menggunakan nama “Indonesia”. Ada gambar Mohammad Hatta. Surat kabar Daulat Ra’jat. Juga ada gambar Sukarno di depan Pengadilan Negeri Bandung Ketika Pengadilan PNI 1930.
Identitas Buku
Judul : Perang Suara: Bahasa dan Politik Pergerakan
Penulis : Hilmar Farid
Penerbit : Komunitas Bambu
Halaman : xii + 140 halaman
Cetakan : Pertama, Januari 2024